Tugas Resume
Stikom Surabaya
EVOLUSI MODEL SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
A. MODEL PROSES MANUAL
Model proses manual adalah bentuk sistem
akuntansi yang paling tua dan paling tradisional. Sistem manual terdiri
dari berbagai kegiatan ,sumber daya dan personal fisik yang merupakan
ciri banyak proses bisnis. Ini meliputi berbagai pekerjaan seperti
pencatatan pesanan, pengadaan bahan baku, produksi barang untuk dijual,
pengiriman barang ke pelanggan, serta penempatan pesanan ke pemasok.
Tetapi ada baiknya mempelajari proses
manual sebelum belajar menguasai sistem berbasis komputer. Pertama,
mempelajari sistem manual membantu pembentukan hubungan yang penting
antara mata kuliah SIA dengan mata kuliah akuntansi lainnya. Mata
kuliah SIA sering kali merupakan salah satu mata kuliah akuntansi yang
memungkinkan mahasiswa melihat asal data, cara pengumpulannya dan
bagaimana serta dimana informasi digunakan untuk mendukung operasi
harian. Dengan mempelajari arus informasi, berbagai pekerjaan utama
serta penggunaan catatan akuntansi tradisional dalam pemprosesan
akuntansi, fokus mahasiswa dibentuk menjadi perspektif proses bisnis.
Kedua, logika proses bisnis lebih mudah
dipahami jika tidak tersembunyi dibalik teknologi informasi yang
dibutuhkan untuk memicu dan mendukung berbagai kegiatan seperti
penjualan, pengadaan, serta pengiriman adalah penting dan terpisah dari
teknologi yang mendasari sistem informasi. Contohnya pemberitahuan
pengiriman yang mengimformasikan proses penagihan untuk suatu produk
yang dikirimkan, melayani tujuan ini meskipun diproduksi atau diproses
secara manual atau elektronik. Setelah mahasiswa mempelajari pekerjaan
apa saja yang harus dilakukan, mereka akan lebih mempelari berbagai cara
yang berbeda dan lebih baik untuk melakukan berbagai pekerjaan ini
melelui teknologi
Terakhir, prosedur manual menfasilitasi
pemahaman mengenai aktivitas pengendalian internal, termasuk pemisahan
fungsi, supervisi, verifikasi indenpenden, jejak audit, serta
pengendalian akses. Oleh karena sifat manusia terdapat dalam inti
berbagai isu pengendalian internal, maka arti penting dari aspek sistem
informasi jangan sampai terlupakan.
B. MODEL FILE DATAR
Pendekatan file datar seringkali
dihubungkan dengan sistem warisan (legacy system). Sistem ini berupa
sistem mainframe besar yang diimplementasikan paada akhir tahun 1960
hingga 1980-an. Kini berbagai perusahaan masih menggunakan secara luas
sistem ini. Akan tetapi, akhirnya sistem tersebut akan digantikan dengan
sistem manajemen data basis modern, tetapi sementara para akuntan harus
tetap bekerja dengan teknologi sistem warisan.
Model file datar (file flat model)
menjelaskan sebuah lingkungan dengan file data yang tidak saling
berhubungan dengan file lainnya. Para pengguna akhir dalam lingkungan
ini memiliki sendiri file datanya sebagai ganti berbagi dengan para
pengguna lainnya. Jadi, pemprosesan data dilakukan oleh aplikasi yang
berdiri sendiri dan bukan melalui sistem terintegrasi.
Ketika banyak pengguna membutuhkan data
yang sama untuk berbagai tujuan yang berbeda, mereka harus mendapatkan
rangkaian data yang terpisah untuk dibentuk sesuai dengan kebutuhan
masing-masing. Figur 1 menggambarkan bagaimana data penjualan ke
pelanggan dapat disajikan ke tiga pengguna yang berbeda pada
perusahaan ritel barang-barang yang tahan lama (durable goods). Fungsi
akuntan membutuhkan data penjualan ke pelanggan yang diatur berdasarkan
nomor rekeningnya dan dibentuk untuk menunjukkan saldo yang belum
dibayar. Ini digunakan untuk penagihan ke pelanggan, penelusuran piutang
usaha, serta pembuatan laporan keuangan. Fungsi pemasaran membutuhakan
data sejarah penjualan ke pelanggan yang diatur berdasarkan
demografinya. Fungsi ini menggunakan data tersebut untuk menargetkan
promosi produk baru dan untuk menjual upgrade produk. Kelompok
perbaikan produk membutuhkan data penjualan ke pelanggan yang diatur
berdasarkan produk dan dibentuk untuk tanggal perbaikan yang
dijadwalkan. Informasi semacam itu digunakan untuk membuat kontrak
purnajual dengan pelanggan untuk menjadwalkan pemeliharaan, pencegahan,
serta untuk menawarkan penjualan perjanjian perbaikan.
Figur 1 Model File Data
1. menyimpanan Data (Data Storage)
Sistem informasi yamg efisien hanya
menangkap dan menyimpan sekali serta membuatnya menjadi sumber yang
tersedia bagi semua pengguna yang membutuhkannya. Dalam lingkungan file
datar, hal ini tidak mungkin. Untuk memenuhi kebutuhan pribadi para
pengguna, perusahaan harus menanggung biaya baik untuk prosedur
pengumpulan maupun penyimpanan yang dilakukan beberapa kali. Beberapa
data yang biasanya digunakan bersama dapat diduplikasi sebanyak
lusianan, ratusan, atau bahkan ribuan kali.
2. Pembaruan Data (Data Updating)
Perusahaan memiliki banyak sekali data
yang disimpan dalam berbagai file dan yang membutuhkan pembaruan
(update) berkala untuk mencerminkan berbagai perubahan. Contohnya,
perubahan atas nama atau alamat pelanggan harus tercermin dalam file
master yang sesuai. Ketika pengguna menyimpan file sendiri-sendiri,
semua perubahan tersebut harus dilakukan secara terpisah oleh tiap
pengguna. Hal ini secara signifikan menambah pekerjaan dan biaya untuk
manajemen data.
3. Kekinian Informasi (Currency of Information)
Kebalikan dari masalah dalam melakukan
pembaruan beberapa kali adalah masalah kegagalan untuk memperbarui semua
file pengguna yang akan terpengaruh jika ada perubahan dalam
statusnya. Jika informasi yang terbaru tidak disebarluaskan secara
tepat, perubahan tersebut tidak akan tercermin dalam data pengguna,
hingga mengakibatkan adanya keputusan yang didasarkan pada informasi
yang kadaluarsa.
4. Dependensi Pekerjaan-Data
Masalah lainnya dalam pendekatan file
datar adalah ketidakmampuan penggunaanya untuk mendapatkan tambahan
informasi ketika kebutuhan pengguna tersebut berubah. Masalah ini
disebut sebagai dependensi pekerjaan-data (task-datadependency).
Rangkaian informasi milik pengguna dibatasi oleh data yang dimiliki
serta yang dikendalikannya. Para pengguna bertindak secara independen,
bukan sebagai anggota dari sebuah komunitas pengguna. Dalam lingkungan
semacam ini, sangat sulit untuk membuat mekanisme pengguna data bersama.
Oleh karenanya, kebutuhan informasi baru cenderung dipuaskan melalui
mendapatkan file data baru. Hal ini membutuhkan waktu, menghambat
kinerja, menambah redundansi data, serta membuat biaya manajemen data
menjadi makin tinggi.
5. File Flat Membatasi Integrasi Data
Pendekatan file data adalah model
berpandangan tunggal. Berbagai file akan distruktur, diformat, dan
diatur agar sesuai kebutuhan khusus pemilik atau pengguna utama data
tersebut. Akan tetapi, strukturisasi semacam ini dapat tidak memasukkan
atribut data yang berguna bagi pengguna lainnya, sehingga menghambat
keberhasilan integrasi data di perusahaan. Contohnya, karena fungsi
akuntansi adalah pengguna utama data akuntansi, maka data ini seringkali
ditangkap, diformat, dan disimpan untuk mengakomodasi laporan keuangan.
Akan tetapi, struktur ini dapat tidak berguna bagi pengguna data
akuntansi lain diperusahaan (yang diluar akuntansi), seperti fungsi
pemasaran, keuangan, produksi, dan rekayasa. Para pengguna ini diberikan
tiga pilihan: a.) tidak menggunakan data akuntansi untuk mendukung
keputusan, b.) memanipulasi dan membentuk struktur data ynag sekarang
agar memenuhi kebutuhan unik tiap pengguna, atau c.) mendapatkan
rangkaian data tambahan khusus serta menanggung masalah biaya dan
operasional yang berkaitan dengan redundansi data.
Meskipun memiliki banyak keterbatasan,
file datar masih digunakan di banyak perusahaan untuk system buku
besar dan keuangan lainnya.
C. MODEL BASIS DATA
Perusahaan dapat mengatasi berbagai
masalah yang berkaitan dengan file datar dengan mengimplementasikan
model basis data (database model) untuk manajemen data. Figur 2
menggambarkan bagaimana pendapatan ini memusatkan data perusahaan ke
dalam satu basis data bersama yang dibagi bersama dengan semua
pengguna. Jika data perusahaan berada dalam lokasi terpusat, semua
pengguna memiliki akses ke data yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
masing-masing. Akses ke sumber daya data dikendalikan melalui system
manajemen basis data (database management system-DBMS). DBMS adalah
peranti lunak system khusus yang di program untuk mengetahui elemen
data mana yang penggunanya memiliki hak untuk mengaksesnya. Program dari
pengguna akan mengirim permintaan data ke DBMS, yang akan menvalidasi
serta mengotorisasi akses ke basis data berdasarkan tingkat otoritas
pengguna. Jika pengguna meminta data yang tidak sesuai dengan hak
aksesnya, permintaan itu akan ditolak. Jelas bahwa prosedur perusahaan
untuk memberikan otoritas ke para pengguna adalah masalah pengendalian
yang penting untuk dipertimbangankan oleh auditor.
Perbedaan yang paling utama antara model
basis data dengan model file datar adalah pengumpulan data ke dalam
sebuah basis data bersama yang digunakan oleh semua pengguna di
perusahaan. Dengan akses ke domain penuh entitas data, berbagai
perubahan dalam kebutuhan informasi pengguna dapat dipuaskan tanpa harus
mendapatkan rangkaian data khusus tambahan. Para pengguna hanya
dibatasi oleh keterbatasan data yang tersedia untuk entitas tersebut
serta legitimasi kebutuhannya, untuk mengakses data tersebut. Dengan
berbagi data, berbagai masalah tradisional berikut ini yang berkaitan
dengan pendekatan file datar mungkin dapat diatasi.
- Eliminasi Redundansi Data
Tiap elemen data hanya disimpan sekali,
hingga meniadakan redundansi data serta mengurangi biaya pengumpulan dan
penyimpanannya. Contohnya data pelanggan hanya ada sekali, tetapi
digunakan bersama oleh para pengguna dari akuntansi, pemasaran, dan
layanan produk. Untuk mewujudkan hal ini, data disimpan dalam format
umum yang mendukung beberapa pengguna.
Oleh karena tiap elemen data hanya ada di
satu tempat, maka elemen tersebut hanya membutuhkan prosedur pembaruan
tunggal. Hal ini mengurangi waktu dan biaya untuk menjaga basis data
tetap baru.
Satu perubahan pada suatu atribut basis
data secara otomatis disediakan bagi semua pengguna atribut tersebut.
Contohnya, perubahan alamat pelanggan yang dimasukkan oleh seorang staf
administrasi penagihan akan segera tampak dalam tampilan di bagian
pemasaran dan perbaikan produk.
File datar dan system basis data awal
disebut sebagai system tradisional (traditional system). Dalam konteks
ini, istilah “tradisional” berarti bahwa aplikasi system informasi
peusahaan (berbagai programnya) berfungsi secara indenpenden dari satu
sama lain, bukan terintegrasi menjadi suatu kesatuan, system manajemen
basis data awal didesain untuk berantar muka secara langsung dengan
berbagai program file datar yang ada.
Figur 2. Model Basis Data
. MODEL REA
REA adalah kerangka kerja akuntansi untuk
pemodelan resources (sumber daya), events (kegiatan), dan agents
(pelaku) perusahaan yang sangat penting, dan hubungan diantaranya. Dari
tempat penyimpanan ini, tampilan pengguna dapat dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan semua pengguna dalam perusahaan. Ketersediaan beberapa
tampilan memungkinkan penggunaan data transaksi secara fleksibel dan
memungkinkan pengembangan system informasi akuntansi yang mendorong, dan
bukan menghambat, integrasi.
Model REA diusulkan pada tahun 1982
sebagai model teoritis untuk akuntansi. Kemajuan dalam teknologi basis
data telah berfokus pada ketertarikan yang baru pada REA sebagai
alternatif praktis untuk kerangka kerja akuntansi yang klasik.
Berbagai elemen utama dari model REA diringkas sebagai berikut ini:
Sumber daya (resource) ekonomi adalah
berbagai aktiva perusahaan. Sumber daya ini didefinisikan sebagai
berbagai objek yang tidak mudah didapat serta dibawah kendali
perusahaan. Definisi ini berbeda dari model tradisional karena tidak
memasukkan piutang usaha. Piutang usaha adalah catatan lama yang hanya
menyimpan dan mentransmisikan data. Karena piutang usaha bukan merupakan
elemen dasar dari system tersebut, maka tidak perlu dimasukkan dalam
basis data. Sebagai gantinya, piutang usaha diturunkan dari selisih
antara penjualan ke pelanggan dengan kas yang diterima dari pembayaran
penjualan.
Kegiatan (event) ekonomi adalah fenomena
yang mempengaruhi berbagai perubahan dalam sumber daya. Fenemona ini
dapat berasal dari berbagai aktivitas seperti produksi, perdagangan,
konsumsi, dan distribusi. Kegiatan bernilai ekonomi adalah elemen
informasi yang sangat penting dalam system akuntansi serta harus
ditangkap dalam bentuk yang sangat terperinci untuk menyediakan basis
data yang lengkap.
Pelaku (agent) ekonomi adalah
orang-orang dan departemen yang berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi.
Pihak-pihak tersebut adalah pihak dalam dan luar perusahaan dengan
kemampuan untuk memilih sendiri menggunakan atau membuang sumber daya
yang bernilai ekonomi. Contoh pelaku adalah staf administrasi bagian
penjualan, tenaga kerja bagian produksi, staf administrasi bagian
pengiriman, serta para pemasok.
Model REA mensyaratkan agar fenomena
akuntansi dikarakterisasikan dalam cara yang konsisten dengan
pengembangan berbagai tampilan untuk beberapa pengguna. Data bisnis
jangan diformat terlebih dahulu atau dibatasi secara buatan dan harus
mencerminkan semua aspek yang relevan dari kegiatan ekonomi yang
mendasarinya. Jadi, prosedur dan basis data REA distrukturisasi di
sekitar kegiatan, bukan pada catatan akuntansi seperti jurnal, buku
besar, daftar akun, dan pembukuan berpasangan (double-entry accounting).
Di bawah ini model REA, perusahaan membuat laporan keuangan langsung
dari basis data kegiatan. Kegiatan penjualan dan penerimaan kas berikut
ini dalam sebuah peritel fiktif dapat digunakan untuk menggambarkan
perbedaan inheren antara akuntansi REA dengan yang klasik:
Sept.1 : Menjual 5 unit produk X21@
Rp 3.000,- per unit dan 10 unit produk Y33 @ Rp 2.000,- per unit ke
pelanggan Smith (total penjualan = Rp 35.000,-). Biaya per unit
persediaan adalah Rp 1.600,- dan Rp 1.200,- (total biaya HPP =Rp
20.000,- ).
Sept.30 : Diterima Rp 20.000,- tunai dari pelanggan Smith untuk penjualan.
Dalam file datar atau system basis data
non-REA, kedua kegiatan tersebut akan dicatat dalam rangakaian akun
klasik sepeti yang ditujukan dalam Figur 3. Ini melibatkan ikhtisar
berbagai kegiatan untuk mengakomodasi struktur akun. Akan tetapi,
perinciaan dari transaksi tidak akan ditangkap dalam pendekatan ini.
Figur 3. Catatan akuntansi klasik dalam system non-REA
File Piutang Dagang
No. Pelanggan |
Nama Pelanggan |
Debit |
Kredit |
Saldo |
23456 |
Smith |
Rp 35.000,- |
Rp 20.000,- |
Rp 15.000,- |
File Harga Penjualan
No. Akun |
Debit |
Kredit |
5734 |
Rp 20.000,- |
|
File Harga Pokok Penjualan
No. Akun |
Kredit |
4375 |
Rp 35.000,- |
Dalam system akuntansi REA, system akan
menangkap transaksi ini dalam rangkaian tabel basis data relasional yang
menekankan pada kegiatan bukan akun. Hal ini digambarkan dalam Figur 4.
Tiap tabel berkaitan dengan aspek terpisah dari transaksi terpusat.
Data yang berkaitan dengan pelanggan, faktur, dan barang yang dijual,
dan sebagainya dapat ditangkap untuk beberapa kegunaan dan pengguna.
Tabel-tabel basis data tersebut dihubungkan melalui atribut yang sama,
yang disebut kunci primer (primary key- PK) serta kunci luar (foreign
key- FK) yang memungkinkan integrasi. Sebaliknya, berbagai file dalam
system tradisional independen satu sama lain dan karenanya tidak dapat
mengakomodasikan penyatuan data terperinci semacam itu. Akibatnya,
system tradisional harus meringkas data kegiatan dengan kerugian
menghilangkan fakta yang mungkin penting.
Figur 4. Basis Data Kegiatan di sebuah Sistem REA
Tabel Pelanggan
(PK)
Nomor Pelanggan |
Nama |
Alamat |
Nomor Telepon Kreditor |
Batas Penagihan |
Tanggal |
Tanggal Peringatan |
23456 |
Smith |
125 Elm. St.city |
B10-555-1234 |
5000 |
12 |
12/9/89 |
Tabel Faktur
(PK) (FK)
Nomor Faktur |
Tanggal Faktur |
Tanggal Pengiriman |
Syarat |
Kurir |
Nomor Pelanggan |
98765 |
9/01/03 |
9/03/03 |
Net 30 |
UPS |
23456 |
Tabel LINI PRODUK
(PK) (FK)
Nomor Produk |
Nomor Faktur |
Jumlah Terjual |
X21 |
98765 |
5 |
Y33 |
98765 |
10 |
Tabel Produk
(PK)
Nomor Produk |
Keterangan |
Harga Jual |
Biaya Per Unit |
Jumlah Saat Ini |
Titik Pemesanan Kembali |
X21 |
Something of other |
3.000 |
12 |
200 |
50 |
Y33 |
Something else |
2.000 |
16 |
159 |
60 |
Tabel PENERIMAAN KAS
(PK) (FK)
Nomor Transaksi |
Nomor Pelanggan |
Nomor Cek |
Jumlah |
Tanggal Cek |
Tanggal Dibukukan |
77654 |
23456 |
451 |
20.000 |
Sept 28 |
Sept 30 |
Record akuntansi tradisional meliputi
jurnal, buku besar, dan daftar akun yang tidak tampak sebagai file atau
tabel fisik dalam model REA. Untuk tujuan laporan keuangan, tampilan
atau gambar record akuntansi tradisional dibentuk dari berbagai bentuk
kegiatan. Contohnya, jumlah saldo akun piutang Smith didapat dari
penjualan total (jumlah yang terjual x harga jual )dikurangi kas yang
diterima (jumlah) = 35.000 – 20.000 = 15.000). Jika dibutuhkan atau
diinginkan, ayat jurnal dan nilai di buku besar juga dapat diturunkan
dari berbagai tabel kegiatan ini. Contohnya, saldo akun untuk harga
pokok penjualan adalah (jumlah yang dijual x biaya per unit) dijumlahkan
untuk semua transaksi dalam periode tersebut.
Perencanaan sumber daya perusahaan
(enterprise resource planning-ERP) adalah model sistem informasi yang
memungkinkan perusahaan mengotomatiskan dan mengintegrasikan berbagai
proses bisnis utamanya. ERP menembus berbagai hambatan fungsional
tradisional dengan menfasilitasi adanya data bersama di antara semua
pengguna di perusahaan. Implementasi sistem ERP dapat berupa
pengambilalihan besar-besaran, hingga dapat memakan waktu beberapa
tahun, karena komplesitas dan ukurannya, sedikit perusahaan yang
bersedia untuk dapat menyediakan sumber daya keuangan serta fisik dan
menanggung resiko untuk mengembangkan sistem ERP secara internal.
Salah satu masalah dengan model yang
distandardisasi adalah model tersebut tidak selalu memenuhi kebutuhan
perusahaan yang sebenarnya. Contohnya, sebuah produsen tekstil di India
yang mengimplementasikan peranti lunak ERP hanya mendapati modifikasi
yang luas, tidak terduga, dan mahal yang harus dilakukan pada sistem
tersebut. ERP tidak akan memungkinkan pengguna untuk memberikan dua
harga pada gulungan kain yang sama. Produsen tersebut menetapkan suatu
harga untuk komsumsi kosmetik, tetapi menetapkan harga lain (empat kali
lebih tinggi) untuk produk yang diekspor. Akan tetapi sistem ERP tidak
memberikan cara untuk menetapkan dua harga untuk barang yang sama dengan
tetap mempertahankan perhitungan persediaan yang akurat.
Perusahaan yang dapat mengimplementasikan
ERP dengan baik harus memodifikasi proses bisnisnya agar sesuai dengan
ERP, memodifikasi ERP agar sesuai dengan bisnisnya, atau biasanya
memodifikasi keduanya. Seringkali, aplikasi peranti lunak tradisional,
perlu dihubungkan ke ERP untuk menangani berbagai fungsi bisnis yang
unik, terutama pada pekerjaan yang berkaitan erat dengan industri.
Aplikasi-aplikasi ini, yang seringkali disebut sebagai bolt-on, tidak
selalu didesain untuk berkomunikasi dengan peranti lunak ERP. Proses
untuk menyelaraskan seluruh sistem dapat menjadi cukup rumit dan kadang
gagal, hingga menghasilkan kerugian besar bagi perusahaan. Paket
peranti lunak ERP sangatlah mahal, tetapi penghematan dari segi efisien
akan sangat signifikan. Pihak manajemen perusahaan harus sangat
berhati-hati dalam memutuskan ERP mana, jika ada, yang terbaik untuk
perusahaan.
source :
http://magfira.wordpress.com/2009/10/30/evolusi-model-sistem-informasi/